
Anak kami mana?
Sejak lahir, ia dibalut kasihnya
Merawat dengan luka
Dan air mata
Juga tawa
Indahnya
Sampai pada
Suatu ketika
Ia dewasa
Perjuangannya
Dengan hati baja
Berakhir tanya
Antara nyawa
Dan raga
Lenyap tanpa berita
Setiap hari ke empat di depan istana
Tua, renta, tak berdaya
Terbalut hitam tubuhnya
Bertanya pada penguasa
Darah dagingku dimana?
Utuh raga?
Atau tinggal nama
Jika berkenan, beri kami belulangnya
Untuk kami kebumikan dengan layaknya manusia
Namun sepertinya
Penguasa tidak mampu berkuasa
Dengan hati dan juga jiwa
Dengan rendah dan elok rasa
Hingga lupa rasanya
Menjadi manusia
Yang punya air mata
Melihat kami yang setia
Memayungi diri dengan tanya
“anak kami mana?”